Senin, 28 Desember 2015

VIKO, SI HITAM KESAYANGAN



Ini namanya Viko, si hitam yang selalu menemani ke mana-mana.  Motor kesayangan sejak duduk di kelas X SMA ini dihadiahkan oleh Ayah dan Ibu lantaran dulu jarak sekolah dengan rumah lumayan jauh. Terima kasih banyak, beliau berdua memang orang-orang hebatku sepanjang masa.
Motor matich ini sudah menginjakkan kaki ke mana-mana loh, naik turun gunung oke, perjalanan jauh…siapa takut!
 Dulu ketika masih baru, aku dan si Viko ini mengalami tragedi yang menggemaskan. Bagaimana tidak, baru beberapa hari dipakai ke sekolah si Viko dan pemilik barunya sudah buat ulah. Begini ceritanya.
Ketika itu aku masih ingat, sabtu pagi pukul 06.00 WIB aku berangkat ke sekolah mengenakan helm takachi hitam lungsuran dari kakakku yang sampai sekarang masih awet. Di jalan aku bertemu dengan kawan sekelas, kuajak sekalian untuk berangkat bersamaku menggunakan Viko.
Kami terus ngobrol di sepanjang jalan, temanku yang duduk dengan posisi nggoncek (menghadap ke selatan dengan kaki lurus sejajar) karena asyik mengobrol aku tak melihat di depanku ada rombong ayam milik bapak-bapak yang hendak pergi ke pasar. Aku dan temanku tetap asyik mengobrol hingga akhirnya tak kudengar jawaban dari temanku itu. Aku bingung, temanku kok diam saja tak menjawab ketika kutoleh ke belakang temanku sudah tidak lagi duduk di jok sepeda, ke mana ia? Viko masih melaju pelan sambil kutoleh di kaca spion, temanku duduk melambai-lambaikan tangan di tengah jalan raya yang sepi. Astaghfirullahaladhim, aku sampai tidak tahu temanku terjatuh. 

Usut demi usut ternyata temanku tak berpegangan erat, kakinya yang lurus sejajar tersangkut rombong ayam hingga jatuh berguling-guling di jalan. Ya Allah, aku khilaf. Temanku terus tertawa, tubuhku dingin tak tega melihat temanku. Pasti sakit sekali. Kejadian konyol itu beberapa kali membuat kami terpingkal-pingkal jika mengingatnya. Tapi juga kasihan temanku yang jatuh tanpa sepengetahuanku, walah…walah…si Viko baru dipakai sudah buat ulah. Maaf ya, mbak Alfiyah… hehehe
Sejak saat itu aku selalu pelan jika naik sepeda dengan teman. Takut kalau ada yang kecantol rombong lagi. Tapi kalau lagi sendirian, jangan ditanya deh…naik sepeda bisa kayak kesetanan. Wuuuusssssh

Ketika di bangku perkuliahan, Viko ini juga sering menemaniku ke mana-mana. Ke Madura, pernah, naik turun  gunung, pernah. Trawas dan Pacet sudah menjadi tempat langganan bagi si Viko berkelana. Bolak-balik tambal ban gara-gara dibawa ngrusuk-ngrusuk hutan. Pokoknya keren deh, pernah juga Surabaya-Bojonegoro PP dalam waktu 5 jam hanya untuk mengirimkan surat undangan, saat itu partnerku ada adek Pipi yang sama-sama menjadi humas di kegiatan KMD 2013 yang diketuai Kakak Emon, Ria Safitri. Hehehe

 Si Viko Ngetrip di Pacet. Cara ampuh supaya tidak ditarik biaya masuk, maka kami pun mencari jalan tikus, lewat desa Mligi yang jalannya super menyeramkan. Bebatuan licin yang curam, aspalnya sudah hilang sehingga tinggal batu dan pasir licin. Subhanallah, menantang sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar