Ini namanya Viko, si hitam yang
selalu menemani ke mana-mana. Motor kesayangan
sejak duduk di kelas X SMA ini dihadiahkan oleh Ayah dan Ibu lantaran dulu
jarak sekolah dengan rumah lumayan jauh. Terima kasih banyak, beliau berdua
memang orang-orang hebatku sepanjang masa.
Motor matich ini sudah menginjakkan kaki ke
mana-mana loh, naik turun gunung oke, perjalanan jauh…siapa takut!
Ketika itu aku masih ingat, sabtu
pagi pukul 06.00 WIB aku berangkat ke sekolah mengenakan helm takachi hitam
lungsuran dari kakakku yang sampai sekarang masih awet. Di jalan aku bertemu
dengan kawan sekelas, kuajak sekalian untuk berangkat bersamaku menggunakan Viko.
Kami terus ngobrol di sepanjang
jalan, temanku yang duduk dengan posisi nggoncek
(menghadap ke selatan dengan kaki lurus sejajar) karena asyik mengobrol aku
tak melihat di depanku ada rombong ayam milik bapak-bapak yang hendak pergi ke
pasar. Aku dan temanku tetap asyik mengobrol hingga akhirnya tak kudengar
jawaban dari temanku itu. Aku bingung, temanku kok diam saja tak menjawab
ketika kutoleh ke belakang temanku sudah tidak lagi duduk di jok sepeda, ke
mana ia? Viko masih melaju pelan sambil kutoleh di kaca spion, temanku duduk
melambai-lambaikan tangan di tengah jalan raya yang sepi.
Astaghfirullahaladhim, aku sampai tidak tahu temanku terjatuh.
Usut demi usut ternyata temanku
tak berpegangan erat, kakinya yang lurus sejajar tersangkut rombong ayam hingga
jatuh berguling-guling di jalan. Ya Allah, aku khilaf. Temanku terus tertawa,
tubuhku dingin tak tega melihat temanku. Pasti sakit sekali. Kejadian konyol
itu beberapa kali membuat kami terpingkal-pingkal jika mengingatnya. Tapi juga
kasihan temanku yang jatuh tanpa sepengetahuanku, walah…walah…si Viko baru
dipakai sudah buat ulah. Maaf ya, mbak Alfiyah… hehehe
Sejak saat itu aku selalu pelan
jika naik sepeda dengan teman. Takut kalau ada yang kecantol rombong lagi. Tapi
kalau lagi sendirian, jangan ditanya deh…naik sepeda bisa kayak kesetanan.
Wuuuusssssh
Ketika di bangku perkuliahan, Viko ini juga sering
menemaniku ke mana-mana. Ke Madura, pernah, naik turun gunung, pernah. Trawas dan Pacet sudah
menjadi tempat langganan bagi si Viko berkelana. Bolak-balik tambal ban
gara-gara dibawa ngrusuk-ngrusuk hutan.
Pokoknya keren deh, pernah juga Surabaya-Bojonegoro PP dalam waktu 5 jam hanya
untuk mengirimkan surat undangan, saat itu partnerku ada adek Pipi yang
sama-sama menjadi humas di kegiatan KMD 2013 yang diketuai Kakak Emon, Ria
Safitri. Hehehe
Si Viko Ngetrip di Pacet. Cara
ampuh supaya tidak ditarik biaya masuk, maka kami pun mencari jalan tikus,
lewat desa Mligi yang jalannya super menyeramkan. Bebatuan licin yang curam,
aspalnya sudah hilang sehingga tinggal batu dan pasir licin. Subhanallah,
menantang sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar