Rabu, 07 Januari 2015

Gerimis dan Sebuah Perasaan

Gerimis itu datang lagi. Ia mengguyur membasahi hati yang mulai kering oleh cinta. Kering bagai ladang yang terbakar bersama bibit-bibit tanaman unggul. Gundul bagai hutan yang ditebang paksa oleh mereka yang tak pernah puas dengan nafsu duniawi. Tinggal panas menyengat yang aku rasakan tiada henti. Dan kini gerimis itu datang lagi setelah kulihat sepucuk surat tentang ungkapan hati seseorang.
"aku mencintaimu memang, tapi gerimis menghapusnya
aku mengindahkanmu memang, namun kau tebang paksa
dg tanda tanya selalu kuawali, dgn tanda titik kau akhiri,
sikap dapat menjawab pertanyaan hatiku saat itu,
hari itu api telah menjalar pada tubuhmu,
telah kau buat keputusan dengan seribu pertimbangan,
entah sengaja kau buat buruk dirimu di depanku ataukah memang aku terlalu buruk di depanmu,
buruk telah menyebar bagai awan hitam di depan pintu,menyeretku, memaksaku untuk bungkam dalam diam,
aku telah tuli,
aku telah bisu,
aku telah buta,
dan bodohnya aku terbakar olehnya,
kau tahu? dosa apakah itu?gerimis itu datang lagi.Membuat jalan terang akan pandangan nanar tentangmu
aku dan gerimis benar-benar merindukanmu,
bukan rindu seperti sosok yang saat ini,
bodohnya aku merindukan sosok yang telah mati,
jika Tuhan memberi harapan, tak kusiakan untuk membuat permintaan
aku tak akan meminta apa pun dari sosok itu, hanya satu, cukup satu,
jangan kau asingkan aku seperti tawanan yang terkurung seumur hidup,
sungguh menyakitkan bagi seorang berhati lemah sepertiku,
dari awal memang kita tak saling terikat dan mengikat
terima kasih telah singgah walau sedetik,
terima kasih telah menitikkan luka yang tak terlupa,
sungguh, aku tak pernah menaruh dendam pada siapa pun,
apa lagi untuk hal kecil seperti ini..Aku dan gerimis mencoba berjalan dalam permainan waktu,aku menikmatinya, aku menyukainya,aku dan gerimis mencoba mencari tempat terbuka,tempat singgah dan berlabuh seorang pembual yang bernama, Cinta"

2 komentar: