Kamis, 02 April 2015

AKU DAN HUJAN



Basah sudah ini diri oleh rinainya
Sempat kaku terbujur di atas lantai tak berpola
Tempat aku bergerak melemaskan organ
Yang keras akan peliknya catatan kehidupan
Di luar sana tetap aku berjalan
Mengitari sudut kota hitam penuh tantangan
Gunjingan tentu sudah menjadi makanan keseharian
Ramai klakson sedan musik cadas bagiku

Rinai hujan sahabatku, lampu kota lenteraku
Begitu kulewati malam-malammu, selalu
Pernah kudapati tubuhku kuyup oleh deras hujan
Di batas kota pahlawan dengan membawa nyawa di tangan
Menenteng luka yang mungkin tak akan tersembuhkan
Tak berharap lebih atas nasib yang telah tersiratkan
Bertahan saja sudah rahmat terbesar
Sudah kubilang, hujan itu sahabat yang sabar
Dengan hadirnya aku tampak tegar
Kau tak kan tahu sosok aku sedang terisak di bawahnya.

(Bojonegoro, 21 Januari 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar