Basah
sudah ini diri oleh rinainya
Tempat
aku bergerak melemaskan organ
Yang
keras akan peliknya catatan kehidupan
Di
luar sana tetap aku berjalan
Mengitari
sudut kota hitam penuh tantangan
Gunjingan
tentu sudah menjadi makanan keseharian
Ramai
klakson sedan musik cadas bagiku
Begitu
kulewati malam-malammu, selalu
Pernah
kudapati tubuhku kuyup oleh deras hujan
Di
batas kota pahlawan dengan membawa nyawa di tangan
Menenteng
luka yang mungkin tak akan tersembuhkan
Tak
berharap lebih atas nasib yang telah tersiratkan
Bertahan
saja sudah rahmat terbesar
Sudah
kubilang, hujan itu sahabat yang sabar
Dengan
hadirnya aku tampak tegar
Kau
tak kan tahu sosok aku sedang terisak di bawahnya.
(Bojonegoro,
21 Januari 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar