Rabu, 01 April 2015

SERANGKAI KEJUTAN DARI TUHAN



 (20/02) Jumat barokah, begitu orang-orang menyebutnya.Coretan ini kutulis sembari mengisi kekosongan saja, tidak ada unsur yang lain. Hari ini merupakan awal perjalananku bersama teman-teman dalam mengembara menaklukkan monster bagi mahasiswa semester akhir. Seminar proposal bagaikan sebuah pintu yang terbuka namun harus kembali ditelusuri agar mendapat jawaban nyata yang nantinya akan dipertanggungjawabkan. Sangat lega rasanya bisa melewati pintu gerbang itu meskipun harus ada lagi ruang yang harus kupijak lebih dalam lagi. Tantangan demi tantangan akan kulewati karena memang ini yang kupilih, memang tak mudah, tapi bukan aku namanya jika mudah menyerah.

Sore harinya, aku bersiap melakukan packing basah barang-barang Kesamaptaan. Malam harinya aku berangkat menuju belantara kota Pacet untuk menyusul kawan-kawan mengikuti kegiatan Latganda. Di sana cukup malam aku dan ketiga kawanku sampai di tempat tujuan. Buper Pacet yang khas dengan hawa dinginnya seakan mencengkeram tulangku agar terasa ngilu. Di sana mulailah lagi bergabung dengan teman-teman. Pembagian tugas pun telah dilakukan seelumnya. Niat baik hendak mengantarkan para pendekar rimba menuju bumi Pelawaran, namun nahas, belum juga di seperempat jalan, bebatuan curam memaksaku untuk merebah di sana bersama Suprapto, teman jalan-jalanku. Lututku lebam dan panas akibat gesekan keras tubuhku dengan bebatuan licin itu. Jumat barokah, mungkin Tuhan hanya ingin mengingatkan, “berhati-hatilah”.
Jumat barokah, hal yang kupikir-pikir sebelumnya ternyata terjadi pula. Begitu takutnya aku ketika membayangkan bagaimana jika si merah datang kali pertama ketika aku di belantara rimba. Bagaimana pula aku menghadapi rasa sakit di perut akibat kedatangannya? Ah, pasti sangat rumit. Menahan sakit seperti itu di sana. Tidak bisa banyak polah dan harus benar-benar menjaga kebersihan. Tapi Tuhan berkata lain ternyata. Aku tak merasakan sakit yang berlebih ketika si merah benar-benar datang, hal-hal yang aku pikirkan sebelumnya tak jadi masalah ketika aku menghadapinya. Sungguh luar biasa, Jumat barokah memang. Tuhan sudahlah memiliki kehendak lain kepada hambanya.

*Sabtu yang cerah*
Teman-teman sedang berjuang di sana, menjajaki lebatnya hutan dengan keberanian dan pengetahuan tentang tata cara bertahan hidup di sana. Tangan kanan mempercayakan kepada kompas, tangan kiri membawa tongkat untuk melindungi diri, dan badan membawa amanat yang sungguh berat. Saudaraku memang hebat.

*Minggu yang menyatukan tekad*
Minggu merupakan hari terakhir pelaksanaan Latganda ke-24. Berbagai tantangan kami hadapi di sana.tak kenal lelah dan putus asa. Sekuat tenaga kami lakukan untuk melaksanakan tahap demi tahap kegiatan yang kami rancang dengan matang. Namun sepandai-pandai tupai melompat pasti ada kalanya ia jatuh. Begitu pula yang terjadi kepada kami, entahlah apakah itu akibat terlalu lelah atau bagaimana sehingga kami membuat kesalah yang mutlak. Permata ungu yang bekalung di leher kami harus ditangguhkan karena kecerobohan yang tak seharusny kami lakukan. Hal itu bukan akhir dari segalanya, kami akan kembali berjuang mendapatkan permata. Tentu itu merupakan sebuah kebanggaan yang tak seharusnya kami sia-siakan. Kami akan mengambilnya kembali dengan tekad dan semangat yang tinggi.

*Hadiah di hari senin*
Lelah jelas aku rasakan, bukan hanya aku namun teman-teman seperuangan juga pasti merasakan hal itu. Senin aku mulai memasak sebagai rutinitasku di tempat kost, sebelumnya aku tak memiliki firasat apa-apa tentang sosok dewasa yang kukagumi. Mula-mula kulihat sapa dari kotak hitam pintarku, entah mengapa rasanya berbeda, aku benar-benar gugup ketika mendapatinya menanyakan keberadaanku. Tuhan, inikah cinta?. Tak lama kemudian aku berangkat menemui pembimbing di fakultas untuk berkonsultasi mengenai perkembangan lembar demi lembar yang kelak kupertanggungjawabkan. Tak kutemui beliau di sana, namun satu dosen yang berbaik hati memberikan masukan kepadaku untuk menemui dosen lain dari Sendratasik terkait disertasi beliau. Wah, baik sekali dosen ini, saya diantarkan ke fakulas menemui bu dosen pemilik disertasi ini ternyata tak bertemu jua, beliau menelpon dan bicara sebentar, akhirnya..besok saya akan bertemu dengan dosen yang disertasinya juga membahas objek yang sama denganku. Kabar baik nih..dapat bukunya juga, wah...
           Tak lama, kudapatkan lagi kejutan besar yang tak pernah terduga sebelumnya. Pasalnya aku tak pernah menyangka bisa bertemu orang sebaik dia. Cukup mengenalnya saja aku sudah sangat berterima kasih. Entah, mungkin Tuhan berkata lain terhadap hambanya yang selalu bersabar. Aku yakin orang baik pasti akan mendapatkan pasangan yang baik pula. "Tuhan tahu tapi menunggu." dan mungkin inilah saatnya. Semoga memang kaulah imam yang mau  membimbingku menuju jalanNya.
Serangkaian yang mengejutkan dari Tuhan memang tak dapat ditebak kapan akan datang. Namun sebagai hamba yang baik, tetaplah percaya, berdoa, dan berusaha. Bila pun mendapatkan kesusahan di tengah jalan, maka yakinlah..Tuhan menguji seseorang sesuai dengan kemampuan hambanya. 

Surabaya, April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar