"Dewasa", itu prinsip yang dulu kubuat bagi penyandang singgasanaku yang dalam, namun sempat kuingkari. Entahlah, mungkin ini adalah sebuah
balasan dariNya. Sebuah permasalahan hati yang kemelut dengan noda-noda luka.
Aku tak pernah menyesal telah mencintainya. Hanya enggan jika harus
menjalin kisah yang sama dengan orang yang sama. Maaf aku tak bisa. Baiknya
jalinan persaudaraanlah yang pantas kita rajut, bukan mencinta dan dicinta yang
nantinya menimbulkan sisi negatif setiap pijakan kita. Kali ini aku bicara tentang hati.
Aku keras dalam membuat pilihan. Sekali tidak tentu
tidak akan lagi kulakukan. Kecuali kau beri alasan kuat yang bisa dicerna
logika. Luka itu hilang seiring dengan kedatangan tokoh penakhluk hati
olive. Entahlah, kuakui baru kali ini aku benar-benar nyaman, benar-benar
merasakan perasaan yang tulus tanpa ada dusta. Aku tak peduli siapa kamu dan
dari mana asalmu. Aku yakin kau adalah imam yang baik.
Suatu ketika tak lagi kujumpa sapamu, mungkin topan telah membawa sosokmu
menghilang. Tega memberikan harapan yang tak nyata. Saat aku benar-benar
percaya kau banting pada dasar bumi. Tak perlu kuceritakan bagaimana rasanya.
Hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Sosokmu kini menjadi pembual nomor satu
sampai saat ini. Terima kasih telah membuatku menarik hipotesis tentangmu. Tak
banyak mencari sosok dewasa yang mau memahami posisimu serta aktivitasmu, di
dunia ini mungkin 1000:1.
Segala aktivitas ini membuatku tak sempat
memikirkanmu. Aku lega, aku senang pembual yang bernama, cinta itu perlahan
hilang ditelan masa. Aku menikmatinya, ternyata lebih indah bersama-sama dengan
mereka yang ada bersama kita, dalam suka maupun duka. Persaudaraan adalah jiwa
yang utama. Terima kasih saudara baktiku.
Lama aku sendiri menikmati indahnya alam raya dengan saudara senasib seperjuangan.
Tapi entahlah, aku mulai menyimpan rasa pada sosok dewasa yang membuatku kagum.
Aku dan dia memiliki kebiasaan yang sama. Kukira ia pendiam, nyatanya
tidak.orangnya asyik dan bijak. Aku mengenalnya ketika aku berjuang melupakan
seseorang dengan aktivitasku yang cukup melelahkan. Di aula gereja kali pertama
kami bertegur sapa. Di bawah rinai hujan yang membuat kami terjebak di sana.
Aku cuek saja, hanya berjabat tangan kemudian berlalu.
Entahlah, bagaimana ceritanya, kemudian kami banyak
bertegur sapa di media. kadang berdebat kadang bercanda. Ia susah
ditebak. Tapi entahlah, diam-diam aku mengaguminya. Sifat kedewasaannya
membuatku nyaman bersamanya. Tapi aku takut cinta akan membuatku jatuh kembali.
Sudahlah, biar kusimpan dalam cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar